Rapat tadi malam akhirnya memutuskan..
(Flash back dulu yaa..)
Awalnya aq terpilih bersama Umam dan mba Mequ menjadi PJ “Food down to village”, sehingga berdasarkan SOP kami pun menjadi SC untuk proker tsb. Hari H pertemuan antara SC dengan ketua panitia terpilih pun datang. Kami hanya bertiga ketika itu, aq, Umam, dan kak Anto. Ketika qt mulai pembicaraan, tiba-tiba kak Anto bilang, katanya qt mo kerjasama dgn FPC juga. Aq pun menyambut baik kerjasama itu. Namun menjadi sesuatu yang mengganjal ketika kemudian mba Rina dari FPC datang dan mulai mendominasi pembicaraan. Dia mengiyakan jika DPPI akan bekerja sama dengan FPC karena kak Kani pun memberikan proyek tsb kepada FPC. Dy lalu melanjutkan, “ya udah klo gitu gpp klo DPPi mau gabung sama qt.Nanti boleh aja klo DPPI juga mau turun langsung ke desanya”. Lho kok?? Bukannya emg harus ya, ini kan memang program kita, dan seharusna qt memang yg mengonsep bersama, aq mulai merasakan ketidakberesan disini. Dy lalu melanjutkan “Truz konsep dari DPPI sendiri gimana. Klo qt dari FPC udh nemuin desanya dan qt pun sudah bekerjasama dgn FEM dan sdh mulai berjalan”. Aq semakin bingung, seperti menangkap ada makna tersirat bahwa DPPI akan seperti dibawah bayang2 FPC, sepertinya SC tidak memiliki wewenang disini. Pokoknya segala pikiran berkecamuk saat itu. Bahkan saat kak Kani datang dan mulai menjelaskan pula permaslahannya, aq masih tidak bisa menagkap akan adanya perubahan dan pelurusan pada proker ini. DPPI akan tetap ikut FPC.
Aq melihat raut muka Umam sepertinya sama bingungnya sm aq, sepertinya dia memilki pikiran yang sama dgn aq. Saat itu kasarnya aq merasa seperti terjajah, ditambah lagi aq berada disekeliling ank 41. Rapat pertama itu selesai begitu saja, tidak jelas bagiqu..Terakhir kali mba Rina bilang, “aq, Anto, Ari, (dan 2 org temannya lagi, lupa!) akan rapat dengan FEM. Ntr ank 42 nya klo mo ikut, ikut aja”. (klo mo ikut???maksudnya???, seharusnya..ank 42 ikut yaa!) Tambah ilfeel aq dengernya..
Setelah mba Rina pergi, aq bilang sm kak Anto mengenai SoP yang seharusnya. Qt dari DPPI diserahkan amanah ini untuk turut terlibat langsung dlm kegiatan ini, bukan sekedar ikut2an atau klo mau datang, datang, klo enggak, ya udh, bukan itu. Kak Anto cm bilang iya dan minta maaf klo dia kurang tau bagaimana system kerjanya, yang dia tau dia dipilih kak Ari untuk turut menjalankan program Bina desa ini, tapi dy akan blg maksud aq ke kak Ari. Terakhir dy berkata, “mba Rina memang begitu, ga mo ngalah, pendapatnya harus menang..”
Setelah itu, karena masih ada yg mengganjal dlm hati ini, di Soga kemarin aq cerita sm mba Sinta, mba Sinta pun menyayangkan kejadian ini, dan cuma bisa kasih saran sebaiknya qt rapat lagi dan meluruskan masalahnya dulu baru mulai mengonsep dari awal. Dan sm sprt ka Anto, mba Sinta pun mengatakan hal yg sama, mba Rina memang begitu.. (Hehe..kok seperti terjadi pembunuhan karakter ya terhadap seseorang, sudah dua org yg blg begitu, dan tokoh2 dibawah ini pun mengatakan hal yg sm, sesuatu yg disayangkan bila qt hanya diingat seseorang krn sifat yg kurang baik dimata mereka, smoga tdk begitu.)
Sorenya, setelah rapat Majalah dgn perwakilan dari Himagita, Himasilkan, dan Himaproter, aq sempat juga membicarakan mengenai masalah ini dgn kak Aris, bla..bla..dan akhirnya dy blg, ok ntr sya akan bicarakan masalah ini lagi dgn Kani.
Kamis siang dibawah tangga didepan Mading BEM F, aq ketemu kak Anto, aq menanyakan kelanjutannya, kpn mau rapat lg. Eh dy blg, tnang aja udh mulai mo jalan, kemarin ank41 nya rapat di kelas. “Ntr hari sabtu rencananya qt mau ke Desa. Tapi anak 42 nya ga bisa kan?ada responsi. Jd qt aja, ntr klo qt butuh bantuan qt hub lagi deh ank 42 nya”. Qt ga dianggap, sebel..
Di sapta kemarin, aq, Umam, dan tim Bina desa lainnya rapat, mereka blg klo mereka hbs rapat dgn FEM (tanpa pemberitahuan pada qt, jd ga heran klo aq dan Umam cm bs saling berpandang2an ga ngerti). Makin merana rasanya.. eh kak Kani sm kak Tuko dtg, ikut nimbrung, ngasih solusi terhadap masalah FPC (aq tekankan disini, hanya FPC bukan DPPI karena qt merasa blm dilibatkan) dengan FEM. Mereka merasa dimanfaatkan oleh FEM. Padahal dlm hati aq berpikir, lho sama dunk, DPPI juga merasa begitu, tapi bukan sm FEM..gt deh..
Aq berpikir masalah intern aja msh blm beres, ya begini deh jadinya. Tidak ada pembagian tugas yg jelas pula, dan sepertinya peran ketua panitia disini seperti dijadikan boneka oleh FPC. Duh, lama2 kata2nya jd agk kasar gini ya.
Sampai akhirnya, thanks God, kak Mequ blg klo dy mo rapat intern SC dgn kak Kani. Aq jg merasa mmg kak Mequ merasakan hal yg sama, tp tidak separah aq sm Umam krn toh dy ank FPC juga. Dan akhirnya, rapat sore itu mulai terbuka, mulai terlihat sinar kejelasan terhadap permasalahan sebenarnya
Rapat malam hari di lt2. Faperta..
Sama seperti rapat sore itu dgn kak Kani, akhirnya aq, Umam, dan kak Mequ menyampaikan apa yg selama ini masih mengganjal dalam hati qt. Untungnya saat itu, mba Yuke lah perwakilah dr FPC, yg mau memahami masalah qt. Mungkin klo mba Rina, gtau deh. Ketika ditanya, aq hanya bilang. “Sebenarnya FEM tidak salah, ini proyek mereka, dan mereka menikutsertakan FPC dalam proyek tsb. Apapun tujuan FEM yg seharusnya sdh diketahui sejak awal harusnya telah dimengerti dan diterima oleh FPC, karena toh FPC sudah sepakat akan membantu mereka. Klo sekarang tujuan FPC dan FEM berbeda harusnya telah dibicarakan sejak awal. Dan klo begini caranya, sudah jelas sepertinya memang FPC dlm proyek ini berfungsi sbg instrumen, hanya dalam proses pengolahan. Seperti dalam suatu acara seminar. Pembicara hanya sbg instrumen, setelah selesai berpresentasi, dy akan pulang dan menerima honornya, that`s it. Untuk acara selanjutnya panitia lah yg memutuskan. Dan panitia atau pengonsep acara disini adalah FEM. Klo begini caranya, bagaimana mungkin DPPi dpt bergabung pada acara orang lain, dibawah bayang2 departemen lain yang sejak awal sdh memiliki konsep acara sendiri, dan dosen pula yang turun langsung. Kasus yg berbeda untuk Food Expo, LCTIP, dan Majalah Pangan yg bekerjasama dgn Himpro lain, karena kita sm2 mengonsep, gda dominasi satu pihak terhadap pihak lain.. Dan tujuan DPPI adalah untuk social, bukan komersil, klo pun menghasilkan sesuatu yg bersifat komersial itu adalah keuntungan tambahan”. So, aq blg lebih baik qt mulai dari nol, dan dgn begitu qt bs melibatkan mahasiswa ITP lainnya yg ingin juga mengaplikasikan ilmunya. Selain itu proker ini pun akan lebih terdengar gaungnya. Kak Ari dan kak Anto ternyata mendukung keputusan ini. FPC melanjutkan kerjasama nya dengan FEM karena memang telah ada kesepakatan sebelumnya. DPPI akan mundur, dan mulai dr awal mengonsep acaranya bersama Kak Ari dan kak Anto. Smoga tempaan awal ini bs membuat qt lebih mampu menjalaninya. Bismillahirrahmanirrahiim..
No comments:
Post a Comment